Nilai dan Harga Iman
Nilai adalah kemampuan sesuatu membikin sedemikian rupa, sedangkan Harga adalah sejumlah pengorbanan untuk mendapatkan nilai. Contoh beras. Satu liter beras mempunyai kemampuan (bernilai) untuk mengenyangkan tiga orang dalam satu waktu tertentu. Kemampuan (nilai) beras tidak dipengaruhi oleh mau atau tidak mau-nya manusia. Untuk mendapatkan satu liter beras kita harus mengeluarkan sejumlah pengorbanan misalnya sejumlah uang sesuai dengan harga beras tersebut. Pengorbanan disini bukan pada bentuk uangnya tapi pada kerja kita untuk mendapatkan uang tersebut. Jadi Nilai ada pada benda (dalam hal ini beras) dan harga ada pada manusia (bentuk pengorbanannya).
Nilai Iman adalah kemampuan isi Iman menghantarkan manusia membentuk satu tatanan budaya kehidupan yang tangguh. Harga Iman adalah sejumlah pengorbanan yang kita lakukan untuk mendapatkan Nilai Iman.
Seperti telah disinggung di atas bahwa perkataan Iman belum bernilai sebelum digandeng dengan perkataan yang lain. Iman akan bernilai setelah digandeng dengan satu ajaran, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 4 sbb:
Artinya: "(Yang disebut Muttaqin) yaitu yang hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah anda (Muhammad) yakni yang sama dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah Rasul-Rasul sebelum anda, dengan mana mereka meyakini tujuan terakhir (Hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) dalam keadaan bagaimana pun".
Seperti berdasar hadits bahwa Iman adalah Pandangan dan Sikap Hidup, maka yu minuuna bima ungjila ilaika jangan lagi diartikan mereka yang percaya pada penurunan Al Qur'an , tetapi mereka yang berpandangan dan bersikap hidup dengan sesuatu yakni Al-Qur'an yang telah diturunkan menjadi menurut sunnah Rasul (Muhammad) atau Al Qur'an menurut sunnah Rasul . Jadi disini nilai Iman ditentukan oleh ajaran Allah yakni Al-Qur'an menurut sunnah Rasul dan Iman yang demikian disebut Iman yang bernilai Haq. Maka konsekwensinya: wa bil akhirati hum yu qinun akan mencapai satu kesudahan terakhir hasanah fid dunya wa hasanah fil akhirat.
Sesungguhnya nilai Iman itu tidak hanya ditentukan oleh Al-Qur'an menurut sunnah Rasul saja, tetapi bisa juga oleh ajaran lain seperti diberitakan dalam surat An-Kabut ayat 52 sbb
Artinya: "Tegaskan (hai Muhamad/Orang Beriman) cukuplah Allah (dengan pembuktian Al Qur'an ms rasul) ini menjadi pemberi kesaksian diantara saya (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur'an menurut Sunnah Rasul ) dan kalian (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin). (Allah) yang meng-Ilmu-i segala kehidupan organis - biologis dan kehidupan sosial budaya. Dan mereka hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Bathil, yaitu mereka yang bersikap negatif terhadap ajaran Allah (Al-Qur'an menurut sunnah Rasul-Nya) niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi (perusak kehidupan dimana saja pun)".
Jadi nilai Iman disini ditentukan oleh ajaran Bathil dan Iman yang demikian dikatakan Iman yang bernilai Bathil. Maka konsekwensinya ula ika humul khaasiruun niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi/perusak kehidupan dimana saja pun.
Apa itu ajaran Bathil? Maka berdasarkan surat An-Nisa ayat 51 :
Artinya; "Tidakkah kalian melihat mereka yang telah mendapat nasib kehidupan sial dari para Ahli Kitab, mereka hidup berpandangan dan bersikap menurut ajaran Idealisme (Jibti) dan Naturalisme (Thagut) dan mereka berkata kepada yang bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul (hidup atas pilihan Dzulumat ms Syayatin) bahwa: dibanding dengan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, mereka memiliki system kehidupan yang lebih ilmiah adanya".
Ajaran Bathil itu terdiri dari ajaran Jibti (Idealisme) dan Thagut (Naturalisme).
Pembuktian siapa mereka penganut ajaran Bathil sebenarnya perhatikan Surat Al-Bayyinah ayat 1 sbb:
Artinya: "Orang-orang kafir (yg bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul) yang terdiri dari para Ahli Kitab dan musyrikin (yang hidup dualisme dengan zulumat ms Syayatin) tidak akan meninggalkan (ajaran Dzulumat ms Syayatin), sebelum mereka mendapat pembuktian ilmiah (dari Allah ms Rasul-Nya)".
Jadi berdasar ayat di atas bahwa Jibti = Ahlul Kitab sedangkan Thagut = Musyrikin dan mereka semua adalah golongan Kafir.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Al-Qur'an memberikan nilai kepada perkataan Iman menjadi dua golongan yakni Iman Haq dan Iman Bathil. Dimana Iman Haq adalah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Al Qur'an menurut sunnah Rasul atau dengan Ajaran Nur sedangkan Iman Bathil adalah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Dzulumat menurut sunnah Syayatin atau Ajaran Dzulumat.
Nilai Iman adalah kemampuan isi Iman menghantarkan manusia membentuk satu tatanan budaya kehidupan yang tangguh. Harga Iman adalah sejumlah pengorbanan yang kita lakukan untuk mendapatkan Nilai Iman.
Seperti telah disinggung di atas bahwa perkataan Iman belum bernilai sebelum digandeng dengan perkataan yang lain. Iman akan bernilai setelah digandeng dengan satu ajaran, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 4 sbb:
Artinya: "(Yang disebut Muttaqin) yaitu yang hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah anda (Muhammad) yakni yang sama dengan apa yang telah diturunkan menurut sunnah Rasul-Rasul sebelum anda, dengan mana mereka meyakini tujuan terakhir (Hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) dalam keadaan bagaimana pun".
Seperti berdasar hadits bahwa Iman adalah Pandangan dan Sikap Hidup, maka yu minuuna bima ungjila ilaika jangan lagi diartikan mereka yang percaya pada penurunan Al Qur'an , tetapi mereka yang berpandangan dan bersikap hidup dengan sesuatu yakni Al-Qur'an yang telah diturunkan menjadi menurut sunnah Rasul (Muhammad) atau Al Qur'an menurut sunnah Rasul . Jadi disini nilai Iman ditentukan oleh ajaran Allah yakni Al-Qur'an menurut sunnah Rasul dan Iman yang demikian disebut Iman yang bernilai Haq. Maka konsekwensinya: wa bil akhirati hum yu qinun akan mencapai satu kesudahan terakhir hasanah fid dunya wa hasanah fil akhirat.
Sesungguhnya nilai Iman itu tidak hanya ditentukan oleh Al-Qur'an menurut sunnah Rasul saja, tetapi bisa juga oleh ajaran lain seperti diberitakan dalam surat An-Kabut ayat 52 sbb
Artinya: "Tegaskan (hai Muhamad/Orang Beriman) cukuplah Allah (dengan pembuktian Al Qur'an ms rasul) ini menjadi pemberi kesaksian diantara saya (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur'an menurut Sunnah Rasul ) dan kalian (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin). (Allah) yang meng-Ilmu-i segala kehidupan organis - biologis dan kehidupan sosial budaya. Dan mereka hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Bathil, yaitu mereka yang bersikap negatif terhadap ajaran Allah (Al-Qur'an menurut sunnah Rasul-Nya) niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi (perusak kehidupan dimana saja pun)".
Jadi nilai Iman disini ditentukan oleh ajaran Bathil dan Iman yang demikian dikatakan Iman yang bernilai Bathil. Maka konsekwensinya ula ika humul khaasiruun niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi/perusak kehidupan dimana saja pun.
Apa itu ajaran Bathil? Maka berdasarkan surat An-Nisa ayat 51 :
Artinya; "Tidakkah kalian melihat mereka yang telah mendapat nasib kehidupan sial dari para Ahli Kitab, mereka hidup berpandangan dan bersikap menurut ajaran Idealisme (Jibti) dan Naturalisme (Thagut) dan mereka berkata kepada yang bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul (hidup atas pilihan Dzulumat ms Syayatin) bahwa: dibanding dengan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, mereka memiliki system kehidupan yang lebih ilmiah adanya".
Ajaran Bathil itu terdiri dari ajaran Jibti (Idealisme) dan Thagut (Naturalisme).
Pembuktian siapa mereka penganut ajaran Bathil sebenarnya perhatikan Surat Al-Bayyinah ayat 1 sbb:
Artinya: "Orang-orang kafir (yg bersikap negative terhadap ajaran Allah ms Rasul) yang terdiri dari para Ahli Kitab dan musyrikin (yang hidup dualisme dengan zulumat ms Syayatin) tidak akan meninggalkan (ajaran Dzulumat ms Syayatin), sebelum mereka mendapat pembuktian ilmiah (dari Allah ms Rasul-Nya)".
Jadi berdasar ayat di atas bahwa Jibti = Ahlul Kitab sedangkan Thagut = Musyrikin dan mereka semua adalah golongan Kafir.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Al-Qur'an memberikan nilai kepada perkataan Iman menjadi dua golongan yakni Iman Haq dan Iman Bathil. Dimana Iman Haq adalah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Al Qur'an menurut sunnah Rasul atau dengan Ajaran Nur sedangkan Iman Bathil adalah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Dzulumat menurut sunnah Syayatin atau Ajaran Dzulumat.
Tidak ada komentar